Misteri Rumah Bekas Pembantaian

Misteri Rumah bekas pembantaian



            Pagi ini terasa sepi sekali, kondisi psikologiku sedang sangat lemah, meski aku sudah tidur cukup banyak, namun tetap saja malas untuk melakukan segala aktifitas. Enggan bagiku menggerakan tubuh ini pagi itu, hanya makan, minum dan ke kamar mandi saja aku bergerak,  lalu kembali merebahkan badan di atas ranjang tidurku. Malas sekali, tak ada sedikitpun motivasi melakukan kegiatan lain.

            Tidur terlentang menatapi langit-langit dengan lamunan kosong. Mengapa aku lahir ke dunia ini?, Kenapa aku lahir didesa kumuh ini?, mengapa aku tak terlahir di Eropa yang kaya akan teknologi?, Mengapa aku terlahir sebagai manusia?. Yah, segala pertanyaan konyol itulah yang muncul ditengah kegabutan kala liburan sendirian.

            Hanya sekedar menanyakan tanpa keinginan mengetahui jawaban, lamunan ini terhenti oleh hembusan angin kencang yang menggerakan dedaunan. Hewan-hewan ternak mulai bersuara, ayam yang berkokok, angsa bersoang, dan anjing menggonggong. Tak biasanya banyak hewan bersuara di pagi hari secara bersamaan.

            “Gubrak..” suara jendela belakang rumah yang terhempas terjangan angin kencang secara tiba-tiba.

            “Bi Darmi..? Tolong tutup jendelanya Bi, Berisik!” Sautku malas, pada pembantu rumah yang entah dimana.

            Bi Darimi tak menjawab sautanku, namun jendela sudah tak berbunyi, mungkin ia malas menjawab sautanku. Bodo amat dengan pembantu yang tak  mau sekedar menjawab sautan majikanya, yang penting aku bisa tidur lagi, fikirku kala itu.

            Baru  saja memejamkan mata, kembali terdengar suara jendela yang terbuka pelan dan di ikuti suara dari jendela yang ditutup paksa dengan keras seperti tadi. Mungkin Bi Darmi memang belum berangkat, atau bisa juga ia tidak berkerja hari ini.  Dengan kesal dan terpaksa, aku bangun dan mendekati sumber suara itu. Ternyata rumahku memang sepi, ibu dan bapak ku mungkin sedang keluar karna ada urusan, lalu meninggalkan aku sendirian.

            Saat hendak mendekati jendela belakang rumah, tiba tiba terdengar suara ketukan pintu dari depan rumah.  hemm, malas sekali rasanya menemui tamu saat ini.

            “Ya tunggu sebentar” Ucapku keras.

            Segera ku hampiri jendela belakang untuk dapat membukakan pintu dengan cepat. Namun aneh sekali, jendela belakang sudah terkuci rapat saat aku mendatanginya, padahal aku sangat yakin suara itu berasal dari belakang rumah, jika bukan jendela lalu apa lagi, gumamku sesaat. Tidak ku pikir panjang masalah itu dan segera menuju depan rumah untuk membukakan pintu.

            “Tok Tok Tok!” Suara pintu rumah yang diketuk 3x dengan cukup keras.

            “Iya sebentar!” jawabku kesal sambil menggumamkan ada apa dengan orang ngeselin ini.

            Ku percepat langkahku sambil meraih kunci dan sisir rambut dimeja, aku tak bisa menemui  orang lain dengan rambut berantakan. Kurapikan rambut panjangku dengan cepat dan segera membuka pintu itu.

            “Iya ada apa?” Sambil Ku buka pintu rumah dengan mendorongnya cukup kencang.

            Lagi-lagi hal aneh terjadi, tak ada seorangpun di depan rumahku, meski aku membuka pintu itu tak lama setelah ketukan itu terdengar. Ada apa dengan suasana ini, fikiranku mulai kacau, semua keanehan ini tak biasanya terjadi dirumahku. Aku segera mengunci pintu itu lagi dan kembali kekamar.

            Entah kenapa aku teringat nasihat almarhum kakekku  yang pernah bercerita, bahwa dulunya rumah ini adalah tempat pembunuhan para PKI. Bahkan kakekku mengatakan, di dalam rumah ini ada sosok penunggunya. Sebelumnya aku tak pernah peduli dengan cerita itu, justru saat SD, aku menceritakan isu-isu aneh itu untuk menakuti teman-temanku. Tak kusangka jika semua itu memang benar adanya.

            Segera ku ambil Handpone dan menelfon ibuku. lama aku menelfon namun tak ada jawaban sama sekali, hal serupa juga saat ku telfon ayah dan Bi Darmi. Apa mereka terlalu sibuk hingga tak sempat mengangkat telfon anaknya?. Aku tak tau lagi harus bagaimana. 

            Aku memutuskan untuk pergi ke tetanggaku untuk mengamankan diri, sambil menunggu orang tuaku kembali.  Aku berdandan sekadarnya dan bergegas meninggalkan rumah secepat yang aku bisa. Namun aku sangat terkejut ketika kunci pintu rumah tidak ada, padahal aku sangat yakin belum mencabutnya karna terburu-buru kembali ke kamar.

            Sial aku justru terkunci didalam rumah sendiri, aku semakin ketakutan dan tak tak tahu lagi apa yang harus dilakukan. Suara daun saling bergesekan karna tertiup angin kencang masih terdengar, kenapa liburan di rumah yang seharusnya menyenangkan menjadi semenakutkan ini.

            Tiba-tiba listrik padam, meskipun siang bolong, rumahku tetap mambutuhkan cahaya lampu untuk menerangi karena tak banyak ventilasi. Tiap kali aku menonton film horror selalu saja aku merasa, pasti ada adegan mati lampu lalu setan akan muncul dari belakang, selama ini hal itu masih ku anggap sebagai bulshit dan adegan basi. Bagaimana mungkin justru aku yang mengalaminya dalam kehidupan nyata, terlebih lagi ini di dalam rumahku sendiri.

            Bulu kuduku berdiri, tangan dan kakiku gemetaran serta fikiranku kacau balau.  Satu hal yang bisa kulakukan adalah kembali kekamar dan bersembunyi dalam selimut besarku. Suara ketukan dan jendela belakang kembali terdengar.

“Aku masih terlalu muda untuk mati, tak bisakah kalian pergi dan cari yang lain saja?” teriakku di balik selimut hangat ini.

Di balik selmut ini aku merasakan banyak orang yang berada disamping ranjangku dan bukan cuma satu. Keringatku bercucuran bak atlit lari yang mendekati garis finis. Jika ada yang mengatakan indra seseorang akan sangat peka ketika berdada dalam posisi ketakutan, kurasa itu memang benar.

Keberadaan mereka sangat mengganggu, tak cukup hanya berdiri di samping ranjangku, mereka mulai menarik selimutku secara berlahan. Aku semakin ketakutan tanpa bisa melakukan perlawanan, sialan dari ribuan cara orang meninggal apakah ini caraku mati, itu terasa tidak adil bagiku.

Aku bersikeras menggenggam selimut ini agar tetap menutupi seluruh tubuhku. Namun tarikan mereka begitu kuat hingga tak sanggup lagi kupertahankan selimut ini.  Aku sangat takut, aku berteriak sekeras kerasnya, tanpa berani membuka mataku.

“Aaaaaaaaa, Tolong!!!!” Teriaku dengan keras.

Mereka langsung memegangku, bahkan salah satu dari mereka mendekapku sambil terdengar suara yang taka sing ditelingaku. suara itu adalah “ Happy birth day to you”.

------  Ayas Staryus ------

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pekan Ramadhan IMT: Tebar Kebaikan di Bulan Keberkahan

Ekstrovert, Introvert, dan Ambivert. Manakah Kepribadianmu?

IMT Walisongo Cup Ajang Bergengsi Yang Selalu Dinanti