Chemistri : Sebuah Mitos Mainstream dalam Organisasi
Chemistri : Sebuah Mitos Mainstream dalam Organisasi
Oleh : Wahyu Widhianto An-Nur Udin
Apa itu Chemistry? Dan apa yang menyebabkan dalam sebuah organisasi selalu mengedepankan sebuah chemistry?
Dalam sebuah forum ada peserta yang bertanya kepada saya, chemistry itu apa? dan mengapa sebuah organisasi atau komunitas selalu membicarakan chemistry? Dari hal itu saya mencari ide dasar dari chemistry dan sebenarnya chemistry dalam sebuah organisasi itu untuk apa? Belum ada yang menjelaskan mengenai chemistry secara definitif dari organisasi yang pernah saya ikuti. Untuk itu saya mencari tahu hal ini dengan melihat sejarah manusia secara umum, kemudian bertanya kepada orang yang menurut saya berkompeten dalam hal ini dan data-data yang lainnya. Nah, disini akan dijelaskan mengenai dari pengertian chemistry, kegunaan serta implikasi bagian sebuah organisasi.
Chemistry merupakan serapan dari bahasa inggris yang memiliki arti kimia. Jika kita melihat kesesuaian penggunaan kata ini di kehidupan sehari-hari khususnya dalam berorganisasi maupun interaksi, kata Chemistry dapat memberikan sebuah konotasi sebagai kesesuaian antar individu dengan individu lain secara kimiawi. Jadi bukan secara fisik atau aspek biologis maupun aksiden pada manusia yang sesuai, bukan kesamaan bentuk hidung, style fashion maupun warna rambut, tetapi lebih kepada rasa yang mana hal ini adalah proses kimiawi dalam diri manusia seperti empati, simpati, sesuatu yang menyebabkan kita bahagia, tertawa, bersemangat dan sejenisnya.
Dari pernyataan di atas dapat kita ketahui bahwa chemistry dapat diperoleh melalui kesesuaian rasa. Untuk membentuk sebuah kesesuaian rasa manusia akan membuat sebuah mitos bersama (Yuval Noah Harari, Sapiens : 2014). Dalam evolusinya kita yang mana termasuk ke dalam spesies manusia modern (Homo Sapiens) berbeda dengan spesies manusia (Homo) yang lainnya. Sapiens memiliki kecerdasan untuk bekerja sama dalam kuantitas yang luar biasa besarnya. Maka dari itu, Sapiens ini membuat sebuah mitos bersama untuk dipercayai dan dapat membentuk kesatuan membuat sebuah kebudayaan dan peradaban.
Dalam sebuah organisasi, pasti memiliki sebuah konsep sejarah, sikap, pandangan dan tujuan. Konsep ini sebenarnya berada dalam kognitif individu, tidak dalam bentuk fisik teks tulisan maupun ungkapan dalam bentuk apapun. Akan tetapi, setiap anggota (individu dari kelompok atau organisasi) diharuskan meyakini konsep dalam organisasi yang diikutinya agar dapat melakukan kerja sama mencapai tujuan bersama. Ketika anggota tidak memiliki chemistry, maka akan sulit bagi sebuah organisasi untuk berjalan. Akan tetapi, keyakinan terhadap konsep dapat diwujudkan melalui sebuah forum doktrinisasi agar keyakinan terhadap konsep organisasi tersebut dapat muncul dalam setiap anggotanya. Ketika keyakinan itu timbul dalam kognisi anggotanya, maka chemistry memiliki peluang besar muncul dalam setiap rasa anggotanya.
Permasalahan yang banyak ditemui dalam sebuah organisasi adalah ketidaksesuaian rasa antar anggota. Perbedaan pemahaman konsep pun menjadi sebuah persoalan. Akan tetapi chemistry sebenarnya dapat dibangun tanpa sebuah forum doktrinisasi. Perlu saya sampaikan bahwa chemistry ini akan timbul ketika anggota yakin akan konsep dari sebuah organisasi. Kesamaan sejarah, sikap, pandangan serta tujuan yang sama akan membuat chemistry memiliki kemungkinan besar untuk di dapatkan. Akan tetapi, karena chemistry ini adalah suatu proses kimiawi dalam diri manusia. Maka tidak akan ada yang bisa menggerakkan tanpa adanya keyakinan dalam diri sendiri.
Perlu kita sadari bahwa setiap individu memiliki orientasi hidup masing-masing. Orientasi bisa bermacam-macam, misalnya mencari pengalaman, untuk bersenang-senang, menambah teman dan relasi, untuk belajar, mengembangkan bakat, dan lain sebagainya. Dari hal ini biasanya sebuah organisasi akan menawarkan orientasi dari individu untuk merekrutnya ke dalam organisasinya. Orientasi inilah yang akan membuat calon anggota tertarik untuk masuk ke dalam organisasi, satu langkah ke depan menuju chemistry. Akan tetapi, ketika orientasi tersebut gagal diwujudkan, maka akan terjadi sebuah rasa kecewa dan putus asa dalam diri anggota baru tersebut. Hal ini merupakan salah satu yang dapat menghambat jalur akses chemistry pada diri anggotanya.
Begitu hebatnya manusia sapiens ini yang dapat membuat sebuah mitos bersama dan dapat diyakini untuk memperoleh tujuan bersama. Akan tetapi, apakah kita akan mempercayai mitos tersebut hanya demi sebuah orientasi? Apakah kita bersedia untuk berjuang demi mitos yang hanya ada di dalam kognisi? Hal itu tidak nyata dan imaginer atau khayalan dan karangan spesies manusia super cerdas ini. Maka dari itu chemistry saat ini rasanya menjadi sebuah cerita lama yang akan dikenang suatu hari nanti karena kompleksitas orientasi dari individu akan semakin bertambah seiring berjalannya waktu (lihat : Origin Story: A Big History of Everything, 2018). Ketika sebuah organisasi tidak dapat berinovasi untuk mengimbangi kompleksitas ini, maka kemungkinan besar organisasi tersebut akan ditinggal dan hanya sebuah nama.
Begitu pentingnya mitos dan chemistry bagi sebuah organisasi untuk tetap melakukan aktivitasnya. Namun, bagi individu hal tersebut mungkin hanya sebuah khayalan langit yang diciptakan oleh pembentuk organisasi yang pada awalnya terus digunakan oleh setiap organisasi kelompok maupun komunitas untuk melanjutkan eksistensinya dalam kehidupan di bumi.
Refleksi yang saya tawarkan kepada pembaca adalah apakah chemistry benar-benar penting bagi kita sebagai anggota organisasi? Apakah mitos tersebut adalah kenyataan dan berharga bagi kita? Ketika sudah menemukan jawaban apa yang harus kita lakukan? Pertanyaan ini ditujukan untuk melatih kita berpikir dan membicarakan suatu hal sebelum membicarakan sesuatu yang lebih besar karena zaman menuntuk kita untuk bergerak cepat, berpikir tepat dan beradaptasi dengan hal-hal besar yang kita anggap kecil.
Terima kasih,
Sola Dianoia, Sola Humania Widhianto
Komentar
Posting Komentar